Cherreads

Chapter 4 - bab 4 bayangan di hutan

Dian berlari secepat yang ia bisa, melintasi jalan setapak yang sempit dan berbatu. Pepohonan rimbun di sekelilingnya menghalangi sinar matahari, membuat hutan terasa gelap dan menakutkan. Ia mencoba mengingat kembali teknik bela diri yang mungkin tersimpan dalam ingatannya yang hilang, tapi ingatannya terasa kosong. Ia hanya bisa mengandalkan insting dan sedikit pengetahuan yang ia miliki.

Ia terus berlari, mengandalkan suara-suara samar dari kedamaian untuk menuntunnya. Ia mendengar suara tawa kasar dan langkah kaki yang tergesa-gesa. Dia tahu dia semakin dekat.

Akhirnya, dia melihat mereka. Tiga orang pria berbadan tegap, berpakaian compang-camping dan membawa senjata tajam. Mereka sedang membagi-bagikan uang hasil rampokan, tertawa-bahak tanpa rasa bersalah.

Dian bersembunyi di balik pohon besar, mengamati mereka dengan penuh perhatian. Ia harus menyusun rencana. Ia tidak bisa menyerang mereka secara langsung. Jumlah mereka terlalu banyak dan bersenjata. Ia harus menggunakan akal dan kelicikannya.

Ia teringat pada sebuah trik yang sering ia lihat di film-film. Ia mengambil beberapa batu kecil dan melemparkannya ke arah berlawanan dari tempat persembunyiannya. Batu-batu itu mendarat dengan suara berisik, mengalihkan perhatian ke tepi laut.

"Ada apa itu?" tanya salah satu meringkuk dengan curiga.

"Mungkin binatang buas," jawab yang lain.

"Periksa saja. Jangan sampai mengganggu kesenangan kita," perintahnya terasa seperti pemimpin mereka.

Dua tempat meninggalkan tumpukan uang dan berjalan sumber suara, meninggalkan pemimpin mereka menuju kesendirian. Ini adalah kesempatan Dian.

Dengan gerakan cepat, Dian melompat keluar dari persembunyiannya dan berlari menuju pemimpin meringkuk. Ia menjejakkan kakinya dengan keras, membuatnya terjatuh ke tanah.

"Sial!" teriak pemimpin dengan senang hati, berusaha bangkit.

Dian tidak mendapat kesempatan. Ia melompat ke atas dan mulai memukulinya dengan tinju kosong. Ia melampiaskan semua kemarahan dan kekecewaannya pada wajah pemimpin yang merendahkannya.

"Kembalikan uangnya!" teriak Dian dengan geram.

Pemimpinnya menggenggam itu mencoba melawan, tapi Dian terlalu cepat dan kuat. Ia terus memukulinya sampai ia tidak berdaya.

Dua orang yang lain mendengarnya dan segera kembali. Mereka terkejut melihat pemimpin mereka turun ke tanah dengan wajah babak belur.

"Dia!" teriak salah satu mengantuk, menunjuk Dian. "Tangkap dia!"

Dua membungkuk itu berlari menuju Dian, mengacungkan pisau mereka. Dian tahu ia dalam masalah besar. Ia tidak bisa melawan mereka berdua sekaligus.

Ia mengambil uang hasil rampokan yang berserakan di tanah dan melemparkannya ke udara. Uang itu bertebaran di sekeliling mereka, membuat mereka terkejut dan bingung.

"Uang!" teriak salah satu memuaskan.

"Ambil uangnya!" teriakan yang lain.

Para perampok itu melupakan Dian dan mulai berebut uang. Ini memberi Dian kesempatan untuk melarikan diri. Ia berlari secepat mungkin, meninggalkan para perampok yang serakah di belakangnya.

Ia terus berlari sampai ia merasa aman. Ia berhenti untuk mengatur napas dan menghitung uang yang berhasil ia rebut kembali. Jumlahnya tidak seberapa, tapi setidaknya ia berhasil mengembalikan sebagian dari hasil rampokan.

Ia kembali ke pasar kumuh dengan uang itu. Ia menyerahkan uang itu kepada pedagang sayur yang menjadi korban perampokan.

"Ini, Paman," kata Dian. "Aku tidak berhasil mendapatkan semuanya kembali, tapi ini setidaknya bisa membantumu."

Pedagang sayur itu menatap Dian dengan mata berkaca-kaca. "Kau... kau benar-benar menangkap mereka? Kau mengembalikan uangku? Terima kasih, Nak. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas budimu."

Orang-orang di sekitar mereka berkerumun, menatap Dian dengan kekaguman. Mereka mendengar tentang keberaniannya dan kesediaannya untuk membantu orang lain.

[Misi Tambahan Selesai. Hadiah: 100 Poin Sistem, Reputasi di Desa Kumuh.]

Dian merasakan kehangatan di hatinya. Ia telah melakukan hal yang benar. Ia telah membantu seseorang yang membutuhkan, dan ia telah mendapatkan poin sistem dan reputasi sebagai imbalannya.

"Aku hanya melakukan apa yang benar," kata Dian dengan rendah hati.

"Kau anak yang luar biasa," kata seorang wanita tua. "Kau telah membawa harapan baru bagi Desa Kumuh."

Dian tersenyum. Ia tahu ia masih memiliki jalan panjang yang harus ditempuh, tapi ia yakin ia bisa menjadi lebih kuat dan membantu lebih banyak orang. Ia telah menemukan tujuan hidupnya di Desa Kumuh, dan ia tidak akan menyerah.

More Chapters