Cherreads

Chapter 47 - Bab 48 (Alkein-Ruhosi)

Bab 48 - Badai Obsidian Di Gerbang Cahaya 

Fajar belum sepenuhnya menyingsing ketika badai itu tiba. Bukan badai alami, melainkan badai kehancuran yang dibawa oleh Vorgash dan pasukannya.

 Langit di atas Lumina'val yang biasanya cerah kini diselimuti awan hitam pekat, memuntahkan petir-petir ungu yang menyambar-nyambar.

 Udara dipenuhi bau belerang, asap, dan jeritan mengerikan dari makhluk-makhluk iblis yang tak terhitung jumlahnya.

Di Gerbang Cahaya, batas terluar Lumina'val yang tak terlihat, para prajurit Elf Sylvarian berdiri teguh.

 Mereka adalah pemanah anggun yang anak panahnya berujung cahaya, penyihir yang menenun mantra dari sulur-sulur alam, dan penjaga yang tubuhnya menyatu dengan pohon-pohon pelindung.

 Di barisan depan, Lyris berdiri bersama Penjaga Rael dan beberapa tetua Elf lainnya, siap mempertahankan rumah mereka.Ruhosi dan Elara berdiri di belakang barisan utama, jantung mereka berdebar kencang.

 Ruhosi menggenggam Gema Penyeimbang yang kini berbentuk tombak, mata kristalnya memancarkan kilau campuran hitam dan putih keemasan. Lensa Kabutnya menunjukkan garis merah tebal yang kini sudah sangat dekat, berdenyut dengan aura kehancuran yang luar biasa.

 Elara memegang liontinnya erat, cahaya murni memancar dari telapak tangannya.

"Mereka datang!" teriak Penjaga Rael, suaranya memecah ketegangan.

Dari balik hutan yang kini tampak hangus, Vorgash muncul. Tubuhnya yang sekeras obsidian tampak mengerikan, kapak raksasanya terseret di tanah, menciptakan parit di jalurnya. 

Di belakangnya, ribuan makhluk bayangan, iblis rendahan, dan monster-monster api meraung, siap menerjang.

"Hmph! Pertahanan peri ini lemah!" raung Vorgash, suaranya mengguncang pepohonan. Ia mengangkat kapaknya.

 "Hancurkan mereka semua! Bawa bocah itu padaku!"

Dengan perintah itu, gelombang pertama pasukan iblis menerjang. Mereka menghantam tabir pelindung tak kasat mata Lumina'val.

BLAARRR!

Ledakan energi terjadi. Tabir pelindung itu bergetar hebat, memancarkan kilau keemasan yang menyilaukan, namun berhasil menahan serangan pertama.

 Beberapa iblis terpental dan hancur menjadi debu.

"Tembak!" perintah Rael.

Ratusan anak panah bercahaya melesat dari barisan pemanah Elf, menembus pasukan iblis dengan presisi mematikan. 

Mantra-mantra alam ditenun, menciptakan dinding-dinding akar berduri yang menjebak musuh, atau pusaran angin tajam yang mengoyak tubuh-tubuh bayangan.Namun, jumlah pasukan Vorgash terlalu banyak. Mereka terus menyerbu, mengikis pertahanan Lumina'val sedikit demi sedikit.

 Vorgash sendiri menghantam tabir pelindung itu berulang kali dengan kapaknya, setiap hantamannya menciptakan retakan samar di perisai energi.

"Sialan!" geram Ruhosi. Ia melihat beberapa penjaga Elf mulai kesulitan.

 "Aku harus bantu!"

"Tunggu, Ruhosi!" seru Lyris. 

"Tabir pelindung ini masih menahan mereka! Fokuslah pada pertahanan!"

Tapi Ruhosi tidak bisa diam. Ia melihat Vorgash semakin dekat dengan tabir pelindung. 

Jika Primordial Iblis itu berhasil menembus, Lumina'val akan jatuh.

"Elara, Lyris, aku mau coba sesuatu!" seru Ruhosi. 

Ia memejamkan mata, memfokuskan seluruh Aura Senjanya ke Gema Penyeimbang. Ia membayangkan tombaknya menjadi sebuah proyektil raksasa, sebuah pukulan terfokus yang bisa menembus pertahanan.Lyris melihat apa yang Ruhosi coba lakukan. 

"Dia mencoba memadukan kekuatan Gema dengan niat penghancuran! Ini berbahaya!"

Elara, dengan intuisi yang tajam, tahu apa yang Ruhosi butuhkan. Ia melangkah maju, meletakkan tangannya di bahu Ruhosi.

 Cahaya murni dari liontinnya mengalir, menyatu dengan Aura Senja Ruhosi.

 "Fokus, Ruhosi! Aku akan memberimu kekuatan!"

Gema Penyeimbang di tangan Ruhosi bergetar hebat, memancarkan aura campuran hitam, putih, dan kini, pendaran keemasan dari cahaya Elara. 

Tombak itu memanjang, membesar, dan ujungnya berkilau dengan energi yang sangat padat.

"Ini dia!" teriak Ruhosi.

 Dengan satu ayunan kuat, ia melontarkan tombak Gema Penyeimbang ke arah Vorgash.

WHUUUSSSHH!

Tombak itu melesat seperti meteor, menembus tabir pelindung tanpa merusaknya, dan melesat lurus ke arah Vorgash.

Vorgash, yang sedang sibuk menghantam tabir pelindung, merasakan ancaman itu. Ia mengangkat kapaknya untuk menangkis.

DENTUMAN DAHSYAT!

BOOMMM..!!! 

Tombak Gema Penyeimbang menghantam kapak Vorgash dengan kekuatan yang luar biasa. Vorgash terhuyung mundur, kapaknya bergetar, dan ia merasakan tangannya mati rasa. 

Energi campuran dari tombak Ruhosi—kegelapan yang menghantam dan cahaya yang membakar—menciptakan ledakan energi yang melontarkan Vorgash beberapa meter ke belakang.

"GRRAAAHHH!" 

Vorgash meraung kesakitan dan amarah. Sebagian kecil kulit obsidian di lengannya hancur, dan ia merasakan luka bakar yang aneh, seolah energinya sendiri berbalik melawannya.

Para iblis dan makhluk bayangan di sekitarnya terpental oleh gelombang kejut. Ada jeda sesaat dalam serangan mereka.

"Kerja bagus, Ruhosi!" seru Lyris, takjub.

 "Kau berhasil melukainya!"Ruhosi terengah-engah, Gema Penyeimbang kembali ke tangannya dalam bentuk batang logam.

 Ia merasa energinya terkuras, tapi kepuasan membuncah di dadanya.

 "Hehe! Rasain tuh, Iblis Jelek! Jangan kira aku nggak bisa bikin kamu nangis!"Namun, Vorgash tidak menyerah. Dengan raungan yang lebih dahsyat, ia bangkit. Luka di lengannya mulai menutup dengan cepat, meskipun pendaran cahaya Elara yang masih tersisa sedikit memperlambat regenerasinya. 

Matanya yang merah menyala menatap Ruhosi dengan kebencian yang membara.

"Bocah… kau akan membayar mahal untuk ini!"

Vorgash tidak lagi fokus pada tabir pelindung. Ia melesat maju, mengabaikan para Elf, langsung menerjang ke arah Ruhosi. Ia tahu, bocah itu adalah target utamanya.

"Lindungi Ruhosi!" teriak Lyris.

Para Penjaga Elf segera membentuk formasi, menembakkan panah dan mantra ke arah Vorgash. Lyris dan Elara juga bergerak.

 Lyris menenun dinding akar bercahaya untuk memperlambat Vorgash, sementara Elara memancarkan cahaya murni yang menyilaukan ke arah mata Vorgash.

Ruhosi, meskipun lelah, tahu ia harus bertarung. Ia mengubah Gema Penyeimbang menjadi belati kembar, dan dengan Napas Angin, ia melesat maju, siap menghadapi Vorgash secara langsung.

Pertempuran di Gerbang Cahaya baru saja dimulai. Ini bukan lagi sekadar pertahanan, tapi pertarungan takdir antara kegelapan yang ingin menghancurkan dan keseimbangan yang berusaha bertahan.

More Chapters