Cherreads

Chapter 6 - Bab 6 – Langkah di Bawah Bayang

Dua jam sebelum fajar, Kaelen dan Seraphine menunggang dua kuda hitam ke luar dari sisi barat kamp. Tak ada pengawal, tak ada bendera. Hanya mereka berdua, menyelinap di bawah kabut pagi menuju arah yang bahkan tidak tertera di peta: Lembah Driath, tempat di mana Kuil Meridra pertama kali dibangun... dan kemudian dilenyapkan dari sejarah.

"Peta tak menunjukkan apa-apa," gumam Kaelen.

"Karena tempat itu sudah dihapus dengan darah dan doa," jawab Seraphine. "Tapi aku masih mengingat jalannya. Aku pernah dibawa ke sana dalam mimpi... atau mungkin ketika tubuhku belum sepenuhnya milikku."

Perjalanan mereka memakan waktu dua hari. Hutan yang mereka lalui sunyi, tapi anehnya terasa mengawasi. Ranting-ranting membentuk lengkungan seperti gerbang tulang, dan kadang suara nyanyian samar terdengar dari kejauhan—bahasa kuno yang tak dimengerti, tapi membuat tengkuk merinding.

Malam hari, mereka berhenti di sisi sungai.

Kaelen menyalakan api kecil. Seraphine duduk di seberangnya, membasuh kakinya dengan air dingin. Rambutnya dilepas, jatuh seperti tirai hitam di punggungnya.

"Kenapa kau membawaku?" tanya Seraphine akhirnya.

Kaelen menatapnya lama sebelum menjawab.

> "Karena jika kau meledak dan menghancurkan dunia... aku ingin berada di sana untuk menghentikanmu. Atau mati bersamamu."

Seraphine tertawa kecil, pahit. Tapi kemudian ia berkata, pelan:

> "Dan jika aku bukan kutukan… hanya wanita yang terlalu banyak tahu?"

Kaelen menjawab tanpa ragu, "Maka aku akan tetap di sini."

Malam itu, mereka tidur berdekatan. Tidak saling menyentuh—tapi udara di antara mereka terasa seperti benang tipis, siap putus kapan saja.

---

Keesokan harinya, mereka tiba di reruntuhan Lembah Driath. Sebuah bangunan batu besar tersembunyi di balik akar-akar pohon raksasa. Pilar-pilar retak menjulang seperti gigi naga tua. Di tengah reruntuhan itu ada altar batu yang tertutup jaring laba-laba dan tulisan kuno yang nyaris hilang.

Seraphine mendekat, dan luka di bahunya mulai berdenyut.

"Aku... merasa sesuatu..." bisiknya. Ia menyentuh altar—dan seketika tubuhnya tersentak, matanya putih.

Kaelen buru-buru menahannya, tapi tak bisa. Sebuah cahaya hitam menyembur dari tanah, lalu suara wanita tua menggema di seluruh tempat:

> "Darah dewa lama… akhirnya kembali. Tapi hati-hati, Kaelen sang Duri. Jika kau terus melindunginya, kau pun akan dicap sebagai bagian dari kegelapan."

Saat cahaya meredup, Seraphine terjatuh ke pelukan Kaelen. Tubuhnya basah oleh keringat dingin.

Dia membuka mata dan berkata lirih, "Mereka tidak menanam kekuatan dalam tubuhku... mereka menanam pintu. Dan hanya aku yang bisa membukanya dari dalam."

Kaelen memeluknya lebih erat, matanya tajam menatap altar.

"Kalau begitu, kita akan cari cara untuk menutup pintu itu. Atau... membakar siapa pun yang mencoba membukanya."

---

Bab 6 selesai.

More Chapters