Matamu menghipnotis diriku
10 SECOND LEFT
Seorang gadis yang tengah duduk menyandar di Penyangga kasur menyeluruhkan impulsnya Pada layar MacBook miliknya. Fokus menunggu bilah biru Pada Pengiriman video YouTube-nya sampai Pada titik akhir.
Ting ! Your video was Pasted.
Alana Nayyra spontan membulatkan bola matanya berbinar, tersenyum semringah. Sejenak sebelum kemudian ia merasakan Perih Pada ulu hatinya.
Penyakit asam lambungnya kambuh lagi. Pasti karena ia terlalu sibuk membuat video sampai lupa makan kemarin. Tidak heran lagi, Sudah jadi kebiasaannya tiap kali terlalu asyik merekam video untuk konten YouTube ia Pasti selalu melupakan jam makannya dan berakhir terlambat makan.
Ponsel berdering menampilkan Panggilan video dari Aldo sahabatnya sejak kelas tujuh di sekolah menengah Pertama.
" Woi ! Alana "
Alana mengerucutkan bibir. Baru saja memulai Panggilan Aldo sudah mengajak ribut saja.
" Apaan sih? Kenapa lo telepon gue segala Kangen lo sama gue!"
Cowok tampan berwajah Asia dengan rambut hitam legam itu lalu berlagak mau muntah.
Alana terkekeh singkat kemudian. " Pede amat lu ! Mbak Cuma mau ingatin nanti malam kita latihan karate."
" Yaelah, kalau itu gue juga tau kali Memangnya gue sepelupa itu, hah?"
" Memang!" Jujur Aldo Polos. " Lo, kan memang Pelupa! Makan aja lupa Tuh sampai bibir lo Pucat gitu. Mag lagi kan lo? tuding Cowok itu kemudian.
Alana terkekeh Polos. Mau berbohong pun cowok itu Pasti akan mengetahuinya. Tidak akan mudah membohongi cowok itu, Aldo sudah cukup mengenali dirinya.
Alana lantas meraba bibirnya. " Kentara banget ya?"
Aldo memutar bola matanya malas. " iya Alana Sayang,"
Aldo terkekeh. " Sini, sini Aa Aldo bantu merahin," ujar cowok itu jail seraya memonyongkan bibirnya. Membuat Alana bergidik jijik.
" Iyuh! Enyah sana lo otak mesum!"
Aldo kian tergelak menganggu Alana sudah menjadi hobinya sejak lama. " Gue kan, sebagai sahabat yang ganteng dan Pengertian ingin membantu teman yang tengah dilanda kesusahan. Terima aja bantuan gue kenapa, sih?
Alana berdecih mencibir lelaki itu. " Bodo amat ! Tapi by the way thanks ya editan lo keren banget."
" Iya, lah gue master!" Kekeh Aldo narsis. Alana hanya mencibir.
Mendengar suara kesibukan dari luar membuat Alana menolehkan kepala ke arah sumber suara. Alana sontak mematikan Panggilannya dengan Aldo langsung saja dari kamar. Mencari tahun ada apa.
" Mama sama Papa mau ke mana buru-buru banget?"
Amira berjalan cepat dan mengecup Puncaknya sekilas. " Mama sama Papa ke rumah sakit dulu ya. Sakitnya Saga kambuh lagi dia hiperventilasi lagi."
Yang Amira maksud Saga itu adalah saudara kembar Alana yang hanya berbeda jarak beberapa menit dengannya. Cowok itu menderita Penyakit Paru interstisial sejak insiden kebakaran di gudang Pabrik sembilan tahun yang lalu. Karena itulah cowok itu sering keluar masuk rumah sakit saat ini.
" Terus yang antar Alana latihan karate siapa?
Amira diam sejenak lalu menmenjawab
" Kamu sama Aldo aja ya Nanti Mama suruh dia datang Mama Pergi ya, Sayang?"
Alana mengangguk Pelan. Mama dan Papanya lalu Pergi, dengan Saga yang sudah lebih dahulu dibopong ke dalam mobil.
Cewek itu menunduk tersenyum Pahit.
" Alana juga sakit. Ma, Pa -----"
•••••
" Oy, Alana!"
Gadis yang tengah meringkuk itu menggeram, lalu mengangkat kepala dari lututnya dengan wajah kesal. Aldo mengacaukan tidur nyenyaknya.
" Ya Tuhan, ini anak segala tidur sendiri lagi enakan juga tidur bareng sama gue," kekeh Aldo menaik-naikkan alis dengan raut wajah menyebalkannya.
Cewek yang memakai Pakaian serba Putih dengan sabuk hitam itu langsung menjitak kepalanya.
" Ogah gue tidur bareng elo! Haram, tau nggak?"
" Dih, memang gue Kembaran babi?"
" Baru sadar, ya? Alana tiba-tiba meringis. Tadi kepalanya Pusing sekarang Perutnya terasa mual.
" Lo kalau mau istirahat, Pulang aja gih. Entar gue bilangin ke Sensel."
Alana menatapnya memijat kepalanya yang terasa berdenyut. Menyetujui ujaran Aldo untuk Pulang saja. Tadinya Aldo ingin mengantarnya Pulang, tapi Alana bersikeras ingin Pulang sendiri. Mau tidak mau Aldo membiarkannya saja karena gadis itu sangat keras kepala.
Di sinilah cewek itu berada sekarang. di depan minimarket dua Puluh empat jam seusai membeli Parasetamol sembari menunggu taksi online Pesanannya datang. Alana berjalan ke depan agar mempermudah taksi online yang ia Pesan untuk menemukannya.
Tiga lelaki yang sedari tadi melirik-liriknya tanpa izin ikut berjalan menghampiri. Mulai berani menggerakkan tangannya menegur gadis itu.
" Mau Pulang ke mana Dek?
Alana tersentak dan menoleh
" Rumah " Jawab Alana tak acuh seraya memeriksa Ponselnya kembali
" Ooh. Dari mana, Dek? Pakai baju Putih-Putih kayak mau melayat aja?"
Alana tidak mau menjawab, memilih tidak menggubris omongan Om-om itu yang jelas tidak ia kenali.
" Kenalin, Dek, Abang namanya Saepul Yang ini Bambang terus yang sebelahnya Mansur."
Alana memutar matanya malas. Nggak ada yang tanya
" Masih sekolah, ya, Dek?"
Alana menatap Om-om tadi tidak Percaya. Apa tidak jelas bahwa sikapnya menunjukkan bahwa dia tidak ingin diajak bicara?
" Dek, Kok, Diam-diam aja sih? Sakit gigi ya Ngomong dong!"
Om-om tadi mulai berani menggerakkan tangan mereka. Menggerayangi bagian belakang Alana dengan kurang ajarnya. Alana langsung memutar Pergelangan tangan Om-om tadi yang berani menyentuhnya itu. Menatap tiga Om-om mereka nyalang.
" Berengsek ! Berani-beraninya lo sentuh gue!"
Om-om itu sontak menepis tangannya. Kondisi Alana yang sedang lemah sukses mendominasi kekuatan Om-om itu untuk mendorongnya hingga terjatuh. Ditambah lagi mereka bertiga, sedangkan Alana sendirian.
Cewek itu menggeram ingin melawan lagi namun Pukulannya sudah lebih dahulu diwakilkan oleh seseorang.
BUGH
Om-om yang bertubuh gempal terjatuh tiba-tiba setelah mendapat tendangan asing dari seorang laki-laki kedua temannya langsung menatap lelaki muda itu. Mengisyaratkan secara tidak langsung bahwa mereka tidak Terima lelaki itu sudah berani menendang salah satu teman mereka.
" Wah ! Berani lo?"
" Bisa nggak kalian berhenti cabuli cewek-cewek di daerah ini?" Hardik lelaki yang tampak seumuran dengan Alana tersebut menatap Om-om sinis.
" Cari masalah lo sama Kami?"
Dalam sekejap tiga Om-om tadi langsung saja menyerang lelaki itu, namun dengan sigap ia tangkis. Menghindari Pukulan beberapa kali dan melayangkan tendangan yang sukses membuat dua dari Om-om itu limbung, bertubi-tubi sampai Om-om tadi menyerah dan alhasil memilih Pergi.
Alana bangkit berdiri membersihkan seragam Putihnya Pasti kotor karena terjatuh tadi. Cewek itu kemudian memperhatikan lelaki dengan Piercing hitam di telinganya yang tadi membantunya. Perlahan berjalan mendekat ke arahnya.
Alana kenal lelaki itu. Siapa yang tidak mengenalinya ? Dari Penjuru SMA Bakti Sampai sudut ke sudut selalu membicarakannya Tentu saja Alana tahu siapa dia.
Namanya Alister M Elkana Orang-orang menyebutnya Monster Bakti Bangsa Pembunuh bayaran yang katanya kejam dan tak Punya Perasaan. Tapi hari ini Pernyataan buruk tentang Juan yang katanya kejam dan tak Punya Perasaan. Tapi hari ini Penyataan buruk tentang Alister sukses membuat Alana meragukan kembali Penyataan itu. Melihat cowok itu membantunya lalu sisi mana dari Alister yang katanya menyeramkan itu?
" Lo nggak apa-apa kan?"
Alana langsung menjawab namun kemudian mengangguk.
" Mereka memang sering cabuli anak cewek daerah ini. Tapi lo nggak sempat diapa-apain mereka, kan?"
" Mereka cuma sentuh gue, nggak sempat lebih. Kalau aja gue nggak lagi lemas, argh Pasti gue bejek-bejek mereka! Berani-beraninya sentuh gue!"
Alister manggut-manggut lega. Kemudian memiringkan kepala memperhatikan wajah cewek itu.
" Lo kelihatan Pucat, Sakit?"
Alana meraba bibirnya sendiri yang Pucat. Bibirnya terasa kering dan kasar, seharusnya ia juga membeli lip balm saat di minimarket tadi.
" Cuma nggak enak badan."
" Di mana rumah lo? Biar gue antar Pulang."
Alana membulatkan matanya. Mereka baru kenal apa tidak masalah langsung menerima ajakan cowok itu untuk Pulang bersama?
" Nggak usah, deh. Gue naik taksi aja."
" Yakin? Terserah lo kalau gitu. Tapi gue nggak bisa temani sampai taksi lo datang. Dan gue juga nggak bisa jamin Orang-orang cabul tadi nggak bakalan datang lagi atau mungkin bawa gerombolannya lebih banyak?"
Alana melotot. Entah Alister sengaja menakutinya atau memang ada benarnya, Alana sukses dibuat bergidik ngeri. Kondisinya sedang lemah tidak memungkinkan berkelahi. Bagaimana jika mereka benar-benar muncul lagi bahkan membawa lebih banyak Pasukan Percabulan?
Ayolah Alana tidak ingin mati konyol atau apalah saat ini. Jadi lebih ia menerima tawaran lelaki itu saja.
" Ya udah gue duluan ya ----- "
Dengan keyakinan diri yang sudah mantap Alana memotong. " Gue Pulang bareng lo deh."
••••••